Friday, September 13, 2013

PERANG AHZAB

Perang Ahzab

     
Peperangan ini lebih dikenal dengan nama perang Khandaq. Terjadi pada bulan Syawal tahun 5 H. Mulanya ialah setelah Bani Nadhir diusir datanglah pemimpin-pemimpinnya ke Makkah untuk mengajak onang-orang Quraisy memerangi Rasulullah bersama-sama. Keinginan mi disambut baik. Selanjutnya mereka datang ke Ghotofan (nama daerah) untuk beraliansi dengan masyarakat di daerah itu. Maksud mi ternyata disambut baik pula oleh Bani Fazzarah, Bani Murrah dan Bani Asyja. Setelah siap berangkatlah mereka menuju Madinah.

Menghadapi ancaman ml segeralah Rasulullah bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya guna memutuskan langkah-langkah yang perlu diambil. Salman mengusulkan agar kaum Muslimin mengam­bil taktik bertahan dengan menggali pant-pant di sekeliling Madinah. Pendapat iru disepakati untuk segera dilaksanakan. Betapa tenkejutnya musuh dan sekutu-sekutunya melihat pant-pant pentahanan yang belum pernah dikenal dalam sejanah Arab.

Pihak musuh berkekuatan 10.000 pnajurit, Se­dangkan kaum Muslimin berkekuatan 3000 pnajurit.

Dalam pada itu ada seorang pemimpin Yahudi yang bernama Huyyi bin Akhtab berusaha membu­juk Kaab bin Asad, pimpinan Yahudi Quraizah, agar membatalkan secara sepihak perjanjian damai yang telah dibuatnya dengan kaum Musliniin. Tentu saja ajakan diterimanya dan bersama rakyatnya menyatakan bergabung.

Pada waktu itu Nabi merasa khawatir kalau­kalau tentara Islam tidak mampu melawan musuh yang semakin banyak jumlahnya, sehingga Nabi berpikir ingin membujuk orang-orang Yahudi Qurai­zah agar memisahkan din dan tidak memerangi tentara Islam dengan jaminan, kepada mereka akan diberikan sepertiga hasil bumi Madinah.

Akan tetapi kaum Anshar tidak setuju memberi­kan tebusan apapuri kepada mereka yang justru telah memba talkan janji seenaknya. Dengan demikian berkecamuklah perang melawan tentara-tentara berkuda yang mencoba menyeberang pant-pant sempit di beberapa penjuru, yang berakhin dengan kegagalan pihak musuh.

Di tengah-tengah kecamuk perang datanglah seorang bernama Naim bin Mas’ud menghadap Nabi menyatakan masuk Islam. Katanya, keislamannya itu tidak diketahui oleh kawan-kawannya, padahal Nabi sendiri tahu dia orang yang dipercaya oleh Bani Quraizah. Perintahkan kepadaku apa yang engkau kehendaki, katanya kepada Nabi. “Pada saat engkau tiada berarti bagi kami dan sangat lemah. Pergilah dan sini. Bukankah perang adalah tipu daya,” jawab Nabi.

Setelah itu Naim melakukan kasak-kusuk untuk memecah belah tentara-tentara Quraisy dengan seku­tu-sekutunya di satu pthak, dan orang Baru Quraizah di pihak lain, sehingga masing-masing saling mera­gukan i’tikad baiknya. Dalam kaadaan demikian bertiuplah angin topan yang sangat dingin menghan tam dan menyapu bersih kemah-kemah tentara Quraisy dan sekutunya. Rasa takut pun mulai meng­hantui masing-masing orang dan pada malam harmnya seluruh tentara yang mengepung Madinah terpaksa angkat kaki.

Berkenaan dengan peperangan ini turun ayat:

“Wahai umat yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada kamu, ketika datang kepadamu tentara-tentara, la/u Kami kirimkan kepada rnereka an gin topan dan tentara-tentara yang tidak terlihat oleh kamu. Dan Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.Yaitu ketika mereka datang kepada kamu dan atas dan dan bawah, dan tidak tetap lagi pengliha tan rnereka. Dan hatinya men yesakkan naik sampai ke teng­gorokan dan men yangka Allah dengan bermacam-macam pensangkaan.Di situlah orang-orang Mukmin diuji dan digonca ngkan ha tinya segoncang-goncangnya.” (Al­Ahzab: 9-11)

Ayat-ayat berikutnya menggambarkan, bagai­mana tingkah laku orang-orang munafik dalam menghadapi pepenangan itu. Kemudian diiringi dengan gambaran tingkah laku orang-orang yang beriman. Firman Allah Swt.:

“Dan tatkala orang-o rang Mukmin melihat golongan­golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: Inilah yang dijanjIkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita dan benarlah Allah dan janji-Nya. Dan ­
yang demikian itu tidaklah
menambah kepada mereka, kecuali keimanan dan keislaman. Di antara orang-orang Mukmin itu ada yang menetapi apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara meneka ada yang gugur dan di antaranya ada yang rnenunggu-nunggu. Dan sedikit pun mere/ca tidak men gubah janjinya. Supaya Allah memberikan ba­lasan kepada onang-orang yang benar, karena kebena­nannya, dan men yiksa orang yang munafik jika dikehen­daki-Nya, atau menenima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengam pun lagi Maha Pen yayang. Dan Allah menghalau orang-onang kafir itu dalam keadaan penuh kemurkaan, mereka tidak mempenoleh keuntungan apa pun. Dan Allah men ghindarkan orang-onang Mukmin dan pepenangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Make Penkasa.” (Al-Ahzab: 22-25)

REFERENSI
a.       As-Sirah An-Nabawiyah Durusun wa ‘Ibar, karya DR. Musthafa As-Siba’
b.      Sirah nabawiyah                                                       - Ibnu Hisyam
c.       Zaadul ma'ad                                                          - Ibnul Qayim
d.      Arrahiqul makhtum                                                  - Al Mubarak Furi
e.       Nurul Yaqin                                                             - Khudhari
f.       Assirah Annabawiyah                                              - Ibnu Katsir

No comments:

Post a Comment